Saturday, September 19, 2009

Hidup. Membunuh. Dibunuh. Terbunuh.

Masihkah merah darahmu?

Ibu. Terbuat dari abu. Sempat menyala selebihnya debu. Kita dulu pernah merasa apa yang dinamakan sempurna. Dulu. Bahkan sekarang aku sering lupa.

Ibu. Masihkah egomu menyala? Letih aku mendengar semuanya. Dulu kita pernah berencana, selebihnya Tuhan yang bicara. Bu, apa harus begini terus?

Ayah. Kapan pulang? Pulang ke keluargamu. Kami jengah , yah. Air mata kami sudah berganti tawa. Tangis kami sudah kering. Kami sudah biasa. Ah mungkin kau lupa akan adanya hati. Yang ada cuma badan dan seonggok roh yang membuatnya terus berjalan. Tanpa merasa.




Ayah, kami rindu







yang dulu.




Lv,

cx.

Author

My photo
part time bookworm nerdy as hell and hardly to find another safe-zone. the rest part is just between you and me.